Wednesday, February 27, 2013

Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Metode Tanya Jawab dan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan Pemahaman dan Minat Belajar Siswa


PENERAPAN METODE TANYA JAWAB DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V
TENTANG MATERI PEMECAHAN
(MATEMATIKA)

DAN
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS V DALAM
PEMBELAJARAN IPS MELAUI METODE
BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)
(IPS)

Penelitian Tindakan Kelas

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Oleh :
Lan Lan Risdiana
01020201080192



 


 
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN PANCASILA  DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Peran guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembeajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengolaan kelas.
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendilannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengeolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengejar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kulitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembeajaran.
Pencipataan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif  dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.
Stidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan ditaati oleh siswa sehinga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kedua, pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Ketiga, pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespon semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespon semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Keempat, pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan tersebut menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang kurang baik dengan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Kelima, pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan yang sudah baik diiupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Keenam, pendekataan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan penyuluhan.
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Yang terakhir, pendekatan pliralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan ini dalam situasi yang mungkin dipergunakan dengan mengombinasikan dua atau tiga pendekatan di atas, atau pendekatan lain yang dinilai guru dapat efektif meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam arti kata, pendekatan ini lebih bersifat fleksibel. Sebagai catatan tambahan, tidak ada satupun pendekatan yang cocok dan tepat untuk semua situasi. Makanya, pendekatan mana yang terbaik digunakan, semuanya bergantung pda kreativitas dan kemampuan guru mengelola kelas dalam berbagai situasi yang tentu berbeda pula.
Mengenai pengelolaan kelas dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, jelaslah bahwa guru dituntut untuk bisa menguasai peran, pariatif pembelajaran, juga inovasi. Jika guru masih melakukan kegiatan pembelajaran secara sederhana dan tradisional dengan tidak mengikuti perkembangan dan inovasi pembelajaran yang ada, kemungkinan besar kualitas dan profesionalisme guru menjadi rendah. Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan pada sekolah dasar negeri Bintara VI Kota Bekasi, sama halnya dengan guru-guru di era orde baru dengan tidak adanya inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan hasil belajar siswa sangat jauh dari harapan dan tujuan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
Matematika (Eksak)
-          Bagaimana penerapan metode tanya jawab dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V tentang materi pecahan?
IPS (Non Eksak)
-          Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kellas V dalam pembelajaran IPS melalui metode bermain peran (role playing)

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pnelitian ini seluruhnya diharapkan memperoleh :
1.      Gambaran awal mengenai kemampuan rata-rata siswa kelas I pada mata pelajaran Matematika dan IPS
2.      Gambaran mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini untuk meningkatkan perolehan nilai rata-rata diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sebagai gambaran keberhasilan proses belajar mengajar.
3.      Gambaran Peningkatan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Matematika dan IPS setelah melakukan inovasi pembelajaran berupa metode Tanya Jawab dan metode bermain peran (role playing).

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu :
1.      Proses Pembelajaran dengan menjadikan perubahan pola pembelajaran dengan menggunakan inovasi pembelajaran berupa metode dan media yang aktual dan dapat dipahami, sehingga pembelajaran tepat dan akurat.
2.      Guru lebih memiliki kinerja untuk mengelola pembelajaran secara profesional dan mandiri, sehingga kompetensi seorang guru tidak dapat diragukan lagi.
3.      Lembaga dan Instansi terkait, dapat dijadikan bahan sebagai pedoman penelitian tindakan kelas yang dapat dimodifikasi lebih lanjut.



No comments:

Post a Comment