PENERAPAN METODE
TANYA JAWAB DALAM
MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA KELAS V
TENTANG MATERI
PEMECAHAN
(MATEMATIKA)
DAN
PENINGKATAN
MINAT BELAJAR SISWA KELAS V DALAM
PEMBELAJARAN IPS
MELAUI METODE
BERMAIN PERAN
(ROLE PLAYING)
(IPS)
Penelitian Tindakan Kelas
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Ujian
Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh :
Lan Lan
Risdiana
01020201080192
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SURYAKANCANA
CIANJUR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Peran guru
pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas
masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah
pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya,
masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan
seorang guru mencapai tujuan pembeajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan
guru mengola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi prestasi
belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang
ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat
penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru
dituntut memiliki kemampuan dalam mengolaan kelas.
Usman dalam
salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta
mengendilannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengeolaan kelas yang efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengejar yang
efektif pula.
Berdasarkan
pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan
suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kulitas pembelajaran. Pengelolaan
kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi
yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembeajaran.
Pencipataan
suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal
menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan
pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang
optimal.
Stidaknya
ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.
Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru untuk pengelolaan
kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam
mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan
ditaati oleh siswa sehinga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kedua,
pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk
belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas.
Pendekatan kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap tetap mengawasi
segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Ketiga,
pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam merespon semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam merespon semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Keempat,
pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa
dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah
tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
Pendekatan tersebut menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku siswa yang kurang kurang baik dengan merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Kelima,
pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk
mengubah tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan
yang sudah baik diiupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa
dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Keenam,
pendekataan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada
pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam
kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan
penyuluhan.
Menurut
pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana
emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan baik
antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Yang
terakhir, pendekatan pliralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi,
kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena
itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan ini dalam situasi yang mungkin dipergunakan dengan
mengombinasikan dua atau tiga pendekatan di atas, atau pendekatan lain yang
dinilai guru dapat efektif meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam arti kata,
pendekatan ini lebih bersifat fleksibel. Sebagai catatan tambahan, tidak ada
satupun pendekatan yang cocok dan tepat untuk semua situasi. Makanya,
pendekatan mana yang terbaik digunakan, semuanya bergantung pda kreativitas dan
kemampuan guru mengelola kelas dalam berbagai situasi yang tentu berbeda pula.
Mengenai
pengelolaan kelas dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, jelaslah bahwa
guru dituntut untuk bisa menguasai peran, pariatif pembelajaran, juga inovasi.
Jika guru masih melakukan kegiatan pembelajaran secara sederhana dan
tradisional dengan tidak mengikuti perkembangan dan inovasi pembelajaran yang
ada, kemungkinan besar kualitas dan profesionalisme guru menjadi rendah.
Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan pada sekolah dasar negeri Bintara VI
Kota Bekasi, sama halnya dengan guru-guru di era orde baru dengan tidak adanya
inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan hasil belajar siswa
sangat jauh dari harapan dan tujuan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai
berikut:
Matematika (Eksak)
-
Bagaimana
penerapan metode tanya jawab dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V tentang
materi pecahan?
IPS (Non Eksak)
-
Bagaimana
peningkatan minat belajar siswa kellas V dalam pembelajaran IPS melalui metode
bermain peran (role playing)
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
pnelitian ini seluruhnya diharapkan memperoleh :
1.
Gambaran
awal mengenai kemampuan rata-rata siswa kelas I pada mata pelajaran Matematika
dan IPS
2.
Gambaran
mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini untuk meningkatkan
perolehan nilai rata-rata diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sebagai
gambaran keberhasilan proses belajar mengajar.
3.
Gambaran
Peningkatan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Matematika dan IPS
setelah melakukan inovasi pembelajaran berupa metode Tanya Jawab dan metode
bermain peran (role playing).
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
dari penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran, yaitu :
1.
Proses
Pembelajaran dengan menjadikan perubahan pola pembelajaran dengan menggunakan
inovasi pembelajaran berupa metode dan media yang aktual dan dapat dipahami,
sehingga pembelajaran tepat dan akurat.
2.
Guru
lebih memiliki kinerja untuk mengelola pembelajaran secara profesional dan
mandiri, sehingga kompetensi seorang guru tidak dapat diragukan lagi.
3.
Lembaga
dan Instansi terkait, dapat dijadikan bahan sebagai pedoman penelitian tindakan
kelas yang dapat dimodifikasi lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment