PSYKHOLOGI KRIMINIL
RESUME
Diajukan untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah Kriminologi Pada
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pembina : Tjeppy Sulaeman M. Pd
Dosen Pelaksana : Rina Mutia Iryana M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Lan Lan Risdiana
NPM : 01020201080192
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2010
BAB VIII
PSYKHOLOGI KRIMINIL
2.1 Sejarah Psykhologi Kriminil
Psykologi kriminil secara luas mempelajari psykologi
berbagai orang dan golongan orang-orang yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan perbuatan yang dilakukan dan menimbulkan akibat dari kejahatan.
Psykhologi merupakan
ilmu pengetahuan yang masih muda yang timbul pada bagian kedua dari abad ke-19.
Walaupun demikian banyak pembesar yang berkewajiban dengan pengusutan dan
pengadilan sudah dilakukan berabad-abad
untuk dapat menyelami jiwa orang-orang yang dihadapinya. Jadi tidak mengherankan
jika tentang hal ini tidak suatu pun yang tertulis sebelum adanya psychologi
ilmiyah. Karena itu kita juga mendapatkan pengetahuan tentang psykhologi
kriminil sejak abad ke18. yang sudah
diberikan oleh para sarjana Sophocles dan Shakespeare
A. Perkembangan Psykhologi
Kriminil pada Abad 18
Dalam abad 18 ada kumpulan
pertama perkara-perkara yang menarik, dalam ‘Causes celebres et interessantes
pada tahun 1734 dari seorang yuris prancis F.G. DePitaval (1673-1743). Kemudian
di jerman serie ini dilanjutkan, dengan judul ‘Der Pitaval der Gegenwart (1003).
Seperti sudah dapat dibaca dari judulnya, kumpulan ini hanya mengenai
kejadian-kejadian yang sangat istimewa, tapi pejabat biasa belum dianggap patut
mendapat perhatian.
Lebih tinggi tarafnya
mengenai persoalannya, dan tidak ditujukan untuk membikin sensasi, ialah
karangan dari Anselm Von Feurbach (1775-1833), yang berjudul, Merkwurdige
Kriminalrechtsfalle (I. 1808, II 1811). Pada tahun 1913 W.Von Scholz menerbitkan
perkara-perkara ini dibawah judul Merkwurdige Verbrechen in aktenmassiger
Darstellung von Anselm Ritter von feurbach .Tetapi yang dimuat juga hanya
bahan-bahan fsikologis, tanpa suatu pendalaman secara teoritis.
B.
Perkembangan Psykhologi
Kriminil pada Abad 19
Pada abad ke-19
timbul banyak buku dengan judul psychology kriminil, tapi semua ini isinya
tidak cocok dengan namanya. Karangan yang paling penting diantaranya dari
J.G.G. Schaumann (1768-1821), dengan judul Ideen zu iner Kriminalpsychologie (1792),
yang sedikitnya memuat susunan rencana pekerjaan yang menarik. Uraian ini tidak
lengkap karena jika dipelajari lebih mendalam tidak akan dapat ditemukan banyak
yang penting.
Hasilnya sangat
sedikit ,lebih sedikit daripada dalam lapangan kriminologi , dan keadaan ini
masih berjalan lama. Penyebabnya antara lain:
a.
Karena psykhologi umum sebagai
ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman masih belum maju
b.
Karena pendapat dari pineldan
eskuirol, prichard, moreldan lain-lainnya, bahwa penjahat adalah orang yang
sakit jiwanya
c.
Karena usaha mencari ciri-ciri
antropologis para penjahat, yang sejak Gall dan Spurzheim, telah menjadi suatu
kebiasaan.
C.
Perkembangan Psykhologi
Kriminil pada akhir Abad 19
Baru ketika akhir abad
19 sekarang psychologi kriminil betul-betul menjadi ilmu pengetahuan
berdasarkan pengalaman. Pencetusnya seorang dokter prancis Prosper despine
(1812-1892), yang penyelidikanya didasarkan penerbitan dari’La gazette des
Tribunaux dan penerbitan lainnya yang mencoba menggolongkan dan menyelidiki
tiap golongan dengan lebih mendalam. Tapi penyelidikan sendiri pada para
penjahat, tidak dilakukannya. Karena waktu itu (kira-kira 1870) modern sekali: ia
berkehendak mendidik para penjahat, dan jika tak berhasil, barulah mereka
ditutup untuk waktu yang tidak tertentu.
Karangan Despine yang
mungkin dapat menjadi batu loncatan untuk penyelidikan selanjutnya menjadi
hapus karena adanya keributan yang ditimbulkan oleh aliran Italia. Yang
disajikan oleh Lombroso (dalam jilid ke-3 dari ‘L’uomo delinquente’1876) dengan
pengikutnya dalam lapangan psykhologi kriminil hampir-hampir tidak berarti sama
sekali.
Juga diluar italia, kecuali
kurella dan baer tidak ada suatu penerbitan, baik dari pihak golongan anti
lombroso di antara 1870 dan 1900, yang agak berarti dalam lapangan psychologi
kriminil,
Pada akhir abad ke19
psychologi kriminil dianak tirikan benar oleh kriminologi. Banyak buku yang
diterbitkan, yang menguraikan psykhologi kriminal. Tapi isinya tidak atau hampir
tidak demikian halnyadan hanya hanya memuat kesan-kesan yang dangkal, atau
bahasan yang tidak berhasil dari bahan yang tidak terlalu meyakinkan.
Baru dengan
bergantinya abad, yaitu pada tahun 1925 ada perobahan yang jelas tentang
psykhologi kriminil setelah Antroplogi kriminil mundur, dan juga adanya
perhatian-perhatian terhadap psykhologi kriminil dari Negara Jerman dan
Austria, Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Swedia, dan Nederland.
a.
Perhatian Negara Jerman
dan Austria Terhadap Psykhologi Kriminil
Para psychoanalytisi
Jerman dan Austria pada tahun 1925 menerbitkan buku dari Th.Reix,’Gestandnisszwang
und Strafbedurfnis yang artinya psyikologi kriminil yang besar, sedangakan
F.Alexander dan H.Staub pada 1928 sangat menarik perhatian dengan bukunya
DerVerbrecher und seine Richter tentang percobaan pertama untuk menyusun suatu
kriminologi psykhoanalitis.
b.
Perhatian Negara Amerika
Serikat Terhadap Psykhologi Kriminil
Di amerika serikat
timbul perhatian terhadap kriminologi atas usaha yang lebih lama, terutama
pengalaman praktis dalam lapangan kepenjaraan. Sesudah dalam tahun 1910 di
Washinton diadakan Congres penitentiair Internasional yang didirikannya ‘American Institute for
Criminallaw and Crimonology’, dengan majalah ‘Journal of Criminal law and
Criminology,’ yang penerbitannya masih terus berlangsung.
c.
Perhatian Negara Inggris Terhadap Psykhologi Kriminil
Inggris dalam
lapangan Psyikologi kriminil kurang sumbangannya dari pada Amerika. Pengarang
Inggris hanya hamblin smith dalam bukunya ’The psychology of the criminal’ (1923)
dan Cyril Burt, dalam bukunya ’The young delinquent’(1925).
d.
Perhatian Negara Belgia
Terhadap Psykhologi Kriminil
Belgia sejak tahun 20
an dari abad sekarang banyak memperhatikan tentang psykhologi dan
psykhopathologi kriminil, dan mementingkan psykhologi kriminil daripada
psychologi. Para penyelidiknya ialah P.Vervaeck, yang terkenal sebaga ahli
dalam kepenjaraan dan bapak dari ‘Service d’Anthoropologie Criminele’, A. Ley,
M.Alexander dan E.DeGreeff, pemimpin dari pusat pendidikan kriminologi dari
Universitas Leuven.
e.
Perhatian Negara Swedia
Terhadap Psykhologi Kriminil
Usaha di Swedia dilakukan oleh O.Kinberg yang tidak lama
sesudah perang dunia pertama lalu mendirikan klinik untuk penyelidikan dalam
lapangan psychologi dan psykhiatrikriminil di Stocckholm. Pada 1946 Kinberg
mendirikan juga lembaga kriminologi pada universitas Stockholm.
f.
Perhatian Negara Nederland
Terhadap Psykhologi Kriminil
Di Nederland pada
permulaan abad sekarang terlihat hasil baik dari mazhab groningen, yang
dipimpin oleh G. Heymans dan E.D. Wiersma sekaligus menuju pada suatu
jurusan psychologi kriminil. Penerbitan
dissertasi ’Bijdragen tot de psychologie van de misdadiger’ dari J.V.van dijck,
kemudian menjadi guru besar dalam hukum pidana di Universitas kotapraja
Amsterdam pada 1906, merupakan percobaan pertama dari usaha penentuan secara
psychologi menurut golongan-golongan dari bagan temperamen Heymens yang
terkenal. N. Muller tanpa mengikat diri dalam salah satu aliran psychologi,
kemudian mendapat gelar doktor pada 1908 dengan penyelidikan psychologinya yang
sangat menarik : ‘Biografisch-Aetiologisch onderzoek over recidive bij
misdrijven tegen de eigendom’,
2.2 Psykhologi tentang
Penjahat pada Umumnya
Typologi yang dibentuk ada beberapa macam. Tapi semuanya
ada kekurangannya, ialah bahwa semuanya itu sebetulnya merupakan pembagian yang
sipatnya umum, yang dikenal terhadap para penjahat, dengan tidak menyelidiki
faedahnya untuk kriminologi. Dengan cara sangat jelas, Feber dalam disertasinya
yang kritis yang mengemukakan ajaran-ajaran psychologi,
Arti kriminologis dari fungsi sekundair
dari heymans, perbedaan introvert extrovert dari Jung, teori tentang type
berdasarkan biologi dari Kretschmer dan pokok-pokok pangkal dari Adler yang
terletak pada rasa kurang harga diri, sedikitnya masih meragu-ragukan dan tak
dapat dipahami begitu saja.
Jika typologi-typologi tersebut
memberikan sedikit bahan yang dapat dipergunakan, lain halnya dengan
psycho-analyse yang banyak membuka pandangan-pandangan baru. Makin lama makin
meluas keinsyafan betapa besar artinya paham-paham psychologi pertumbuhan, yang
merupakan hal yang paling bertahan dari yang diberikan oleh mashab Freud.
Kepentingan dari banyak gangguan-gangguan, yang dapat timbul dalam proses
pertumbuhan kearah kedewasaan.
Penyelidikan psychologi kriminil perseorangan yang
timbul karena pengaruh tersebut makin lama makin diperhalus, ini juga banyak
dibantu oleh pendapat-pendapat Jaspers, yang disebut ‘verstehende Psychologie’ (‘psykhologi
mengerti). Pendapat-pendapat mengenai penyelidikan perseorangan maju lagi
selangkah, ketika L. Binswanger dan pengikutnya mulai memperkenalkan psykologi
yang berdasarkan antropologi phaenomenologis atau exeistieel yang isinya menempatkan
sipenyelidik psykhologi sebagai subjek berhadapan dengan yang diselidiki
sebagai objek (biarpun objek yang didekati dengan hormat dan teknik yang lebih
diperhalus), ini dipandangnya sebagai inti kontak antara psycholoog dengan
orang yang hendak dikenal.
Sebagai alat
pembantu yang penting dalam penyelidikan perseorangan, dapat disebut psykhodiagnostik terutama dengan
mempergunakan psykhologi dengan test banyak memberikan sumbangan untuk
memperdalam penyelidikann. Dalam waktu belakang juga banyak mendapat perhatian sebagai
suatu cara khusus untuk memudahkan expertise psykhologi dalam, yaitu dinamakan
narcoanalyse, dimana orang yang harus diselidiki diberi obat dibuat suka
menguraikan isi jiwanya, secara tidak terhalang oleh macam-macam perasaan, yang
dalam keadaan sadar sering menghalanghalanginya.
2.3 Arti Psykhologi tentang
Penjahat untuk Kriminologi
Penyelidikan psykologis mengenai kejahatan yang dulu
bergolak sangat menarik perhatian yang diganti pada waktu sekarang dengan
penyelidikan secara psykhologis sosial mengenai bagaimana kelompok atau suatu bangsa dapat dibuat
jahat. Terutama kekejaman yang hebat dalam perang dunia kedua yang sangat
menarik perhatian terhadap social-sosial tersebut, sehingga tercipta istilah
yang sama sekali baru seperti genocide (kejahatan yang berupa pembasmian
bangsa-bangsa atau sebagian dari bangsa; istilah tersebut dikemukakan oleh R.
Lemkin seorang ahli hukum polandia) dan macrokriminologi (penyelidikan tentang
kelakuan dari kelompok atau bangsa-bangsa karena pengaruh pemimpin dan
propaganda menghasut sehingga berbuat kejahatan secara masal).
Dalam hubungan ini yang pertama-tama paling menarik
perhatian tentu saja penyelidikan tentang gejala-gejala psykhologis seperti
rasa takut dan agressi. Mengenai hal ini sudah selayaknya bahwa sebagian besar
dari kongres internasional tentang kesejahtraan jiwa di London 1948 ditujukan
pada hal tersebut.
Lapangan yang hampir sama sekali belum diselidiki. Dan
perlu dijalankan ialah penyelidikan
tentang akibat yang dirasakan oleh penduduk ditimbulkan oleh perbuatan jahat.
Bahwa dalam lapangan ini belum ada sesuatu yang penting yang diselidiki
berhubung dengan belum ditemukannya peralatan psykhologis yang baik untuk
penyelidikan semacam itu. Secara yuridis-dogmatis hal ini selalu menimbulkan
banyak kesulitan. Sehingga tidak mengherankan bahwa banyak pendapat yuridis
tentang pencegahan umum mempunyai latar belakang suatu perkumpulan dan
persangkaan mengenai reaksi masyarakat terhadap perbuatan jahat. Bahwa pokok
dari kesulitan ini terletak bagaimana pertanyaan-pertanyaan dapat dirumuskan.
Psykhologi tetang kesaksian yang dulu sangat giat dan
secara ahli diselidiki oleh para ahli psykhologi yang ternama, karena di Nederland,
adanya laporan sosial dan psykhiatris-psykhologis tentang terdakwa yang lebih
baik, menyebabkan hakim mempunyai pandangan yang lebih kritis juga terhadap saksi,
sehingga alasan untuk menyelidiki mereka secara psykhologis menjadi berkurang, juga
kemajuan teknik penyelidikan oleh polisi, sehingga’saksi bisu juga penting yang
mungkin juga turut menyebabkan hal ini.
Bahwa psykhologi tersebut
secara teratur berhubungan dengan para penjahat (polisi, pengadilan, pegawai
penjara, pegawai reklassering, pegawai penerangan dan lain-lain) tidak banyak
menarik para penyelidik. Disini para penyelidik menjumpai begitu banyak
kesulitan-kesulitan dalam praktek, sehingga hanya mengharapkan sesuatu dari
pada petugas dilapangan yang berpendidikan psykhologi baik dan telah
berpengalaman bertahun-tahun, serta sudi menysun bahan pengalaman nya itu
menjadi sebuah karangan yang sedikit banyak merupakan autobiografi.
Psykhologi penintentiair, ialah penyelidikan psykhologis
dari para terhukum didalam rumah penjara, menghendaki syarat-syarat khusus,
yang hingga sekarang belum dapat dipenuhi, karena kurangnya peralatan dalam
penjara-penjara. Pekerjaan ini tidak hanya menuntut adanya seorang ahli
psykhologi yang pandai (banyak pengalaman) yang juga harus tahu betul tentang
psyikhologi dengan test, tapi juga membutuhkan adanya suatu korps pegawai, yang
secara perseorangan dapat mengamati secara baik dan diam-diam para terhukum.
Baik tersendiri maupun dalam pergaulan dengan para terhukum yang lain dan
menyusun laporan dari hasil pengamatannya dengan ringkas dan jelas. Pendidikan
para pegawai penjara merupakan salah satu aspek yang terpenting. Negara lain
umpamanya Belgia, pada waktu sekarang dalam lapangan ini banyak lebih maju.
Akhirnya, masih mengenal apa yang ditulis oleh seorang penjahat
tentang dirinya sendiri yaitu autobiografi kriminil. Arti dari usaha tersebut
masih belum mendapat penghargaan semestinya, sehingga kejadian-kejadian yang
tidak betul terjadi, pemutarbalikan dan kejustaan yang dengan sendirinya
terdapat didalamnya seakan-akan nilainya nihil. Tapi ditangan seorang ahli ilmu jiwa atau ahli ilmu
penyakit jiwa yang pandai, tiap autobiografi mempunyai sangat berharga, sebab
cara mengemukakan fakta-fakta (benar atau tidak benar), dipandang dari sudut
psykhologi sangat penting. Hal ini jika
dipandang dari sudut hukum mungkin tidak berharga, tapi dipandang dari sudut
psychologi kriminil dapat menerangkan banyak sekali tentang keadaan diri si
penulis.
No comments:
Post a Comment